Assalamualaikum teman-teman udah lama ya ga
upload cerita kali ini aku mau upload sebuah cerpen yang berjudul gagalkah? .
Sebuah cerpen yang didalamnya ada rasa haru, sedih, dan senang bercampur
menjadi satu. Penasaran gak temen-teman kalau penasaran dengan ceritanya baca
sampai akhir oke.
Gagalkah ?
Karya : Hasanah
Mentari pagi kini bersinar tak
begitu terang. Rintikan hujan membasahi jalanan, awan yang sedikit abu kini
menutupi langit biru. Aku harus segera bergegas menuju sekolah, ada satu
harapan yang besar di pagi yang kurang cerah ini.
Apakah sebuah harapan akan selalu terwujudkan ?
ataukah kita hanya bisa mengharapkan namun tak mampu untuk menggapainya? Usaha
keras telah kulakukan selama 5 semester ini. Aku berasal dari kampung,
yang mempunyai cita- cita tinggi namun seringkali harus terjatuh dan tak bisa
bangkit lagi. Segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. Tidak ada
yang bisa melawan segala kehendaknya, pagi itu aku sangat bersemangat untuk
membuka satu harapan. Harapan untuk bisa daftar di PTN yang di harapkan. Ya,
tanggal 4 Februari 2019 adalah hari yang kutunggu- tunggu, aku sudah
benar-benar optimis untuk bisa daftar di PTN melalui jalur SNMPTN.
“ Aku bersekolah di kota tepatnya di SMKN 1
Ciamis yang akreditasinya A, alhamdulillah aku selalu masuk rengking 10
besar. Di tahap pertama ini aku yakin aku bisa lolos pemeringkatan 40% siswa
terbaik di sekolah.” fikirku.
Aku tak pernah berfikir belajar SBMPTN, karena
aku sudah yakin pasti bisa lolos SNMPTN. Sombong, sungguh sombong aku tak
pernah berfikir bahwa diatas langit masih ada langit. Kini aku benar-
benar sadar bahwa harus banyak belajar. Hatiku memang rapuh. Aku
tak mampu jika dikecewakan apalagi jika mengecewakan banyak orang. Kedua orang
tua yang selalu mendoakan ku tiada henti- hentinya, teman- temanku yang selalu
memberi semangat merekalah yang menjadi sumber semangatku. Namun seringkali aku
mengecewakannya.
Suasana kelas pada saat itu
sedang hening, aku beserta teman- teman seperjuangan yang akan berjuang untuk
mengikuti SNMPTN, bisa dikatakan kita akan perang, namun perang nilai, tegang,
wajah kita semua benar- benar terlihat tegang ketika waktu menunjukan
pukul 08.00 WIB. Kita semua saling menatap dan saling menyuruh untuk membuka suatu
web snmptn. Namun aku tak berani untuk memulainya. Teman- temanku yang
duluan membuka web tersebut. Al hasil
merkeka pada lulus dan akupun mencobanya. Aku yang panik menangis karena NIS
dan password ku tidak valid. Aku menghampiri salah satu temanku. Dan ia pun
membantuku sampai aku bisa masuk dan al hasil aku lolos pemeringkatan 40 %
siswa terbaik di sekolah.
Inilah hasil yang keluar.
Betapa bangga nya aku, betapa bahagianya. Teman-
temanku pun langsung bertanya dan aku jawab “Alhamdulillah lolos.” Setelah
semua mencoba, ternyata semua yang ikut SNMPTN di kelasku lolos semua.
“Alhamdulillah berarti kelas ku termasuk kelas
yang muridnya cerdas semua. “Pikirku tanpa berfikir kemana-mana.
Setelah beberapa menit kemudian, mungkin
hari ini aku ditakdirkan untuk tidak berbahagia. Aku harus kembali tegang
karena salah satu temanku merasa aneh
“masa satu kelas lolos semua” pikirnya.
Dan ia mendapat info bahwa web yang saat
itu kami gunakan bukan web resmi. Aku sangat panik dan ia pun segera
menghubungi guru BK.
Guru BK pun berkata “ cek di web yang resmi.“
Aku belum sempat mengeceknya karena saat itu aku
sedang shalat dhuha bersama temanku
yang lainnya. Setelah selesai shalat aku menuju ke kelas. Di kelas tiba- tiba
Febby berteriak
“Hasanah! aku gak lolos pemeringkatan
SNMPTN, yang tadi web nya gak resmi
ayo coba log in lagi”. Ucapnya
.
Aku pun tak sanggup untuk menghadapi kenyataan
yang sama, sehingga aku hanya terduduk apalagi ketika temanku yang nilainya
hampir sama denganku juga gagal. Aku semakin pesimis dan semakin yakin
bahwa aku pun gagal. Namun temanku terus memaksa sehingga password dan username ku
pun diambilnya. Dibukalah lalu bagaimana hasilnya ?. Aku berteriak aku tak
sanggup untuk menghadapi kenyataan pahit , salah username dan password
beberapa kali terus seperti itu sehingga membuat suasana semakin tegang.
Temanku mengelilingiku karena penasaran dengan hasil yang ku dapatkan dan al
hasil.
Silahkan
mengikuti SBMPTN 2019. Sebuah kalimat yang membuat ku seketika
menangis dan menyesal dengan kesombonganku selama ini, yakni tidak
belajar SBMPTN. Temanku mencoba untuk menguatkanku namun apa daya aku
hanyalah manusia biasa yang lemah dan paling tidak bisa
disakiti apalagi oleh segores tulisan yang
membuat salah satu impianku di awal tahun ini seketika lenyap. Aku tidak
lolos pemeringkatan SNMPTN 2019, aku masih tidak percaya dan terus
merenung.
Kesal sungguh kesal kenapa di awal aku harus lolos namun itu hanya lah
harapan palsu. Sakit sungguh sakit, rasanya seperti tertusuk duri namun tak
berdarah. Aku bingung apa yang harus aku lakukan saat ini, apakah aku
harus lanjut SBMPTN atau sudah sampai disini saja perjuanganku.
Ya Allah aku serahkan semuanya padaMu, aku benar-
benar mengecewakan mamah , bapak dan keluargaku di awal tahun ini, aku tak
ingin menceritakannya pada orang tuaku. Aku akan buktikan bahwa aku bisa lolos
SBMPTN 2019.
“ Mah, pak maafkan aku, selama ini aku tidak
belajar dengan keras sehingga nilai yang aku raih tidak mampu untuk membawaku
ke Universitas yang selama ini aku impikan”.
Banyak sekali pelajaran yang dapat di ambil hari ini, aku harus
belajar lebih giat lagi. Jangan merasa Kepedean dengan nilai dan rengking yang
diperoleh di kelas. Ingat di atas langit masih ada langit . Jika ingin
melanjutkan ke PTN, jangan hanya mengandalkan SNMPTN, namun SBMPTN sebaiknya
menjadi prioritas. Dan yang paling penting jangan mudah percaya dengan web yang
tidak resmi karena jika nantinya dikecewakan dan di PHPkan rasanya sakit
banget lebih sakit dari pada di putusin pacar. eh emang pernah ya di
putusin pacar?
~Selamat
belajar SBMPTN salam dari aku yang dikecewakan~
Hari demi hari telah kulewati,
aku benar- benar sudah melupakan kegagalanku dan akupun akan mulai berjuang
untuk dapat mengikuti SBMPTN, namun Allah SWT menjawab doaku dan doa kedua
orang tuaku. Aku benar- benar merasakan ada keajaiban yang datang pada saat
itu, ternyata waktu itu sekolah salah memasukan akreditasi, seharusnya
memasukan akreditasi sekolah namun malah memasukan akreditasi jurusan. Disini
aku mempunyai semangat lagi namun tidak terlalu berharap. Hanya secuil harapan
lah yang kini terbersit dibenaku. Pada saat itu aku tak punya kuota, sehingga
Febby lah yang membuka web SNMPTN tersebut.
Aku memberikan username dan password ku kepadanya.
Aku mulai tegang ketika Febby
memberikan schreenshotan hasil lolos
atau tidaknya pemeringkatan sekolah. Dan ternyata alhamdulillah aku lolos pemeringkatan. Aku benar- benar bahagia dan
segera bersiap untuk mendaftar SNMPTN. Aku mengajukan bidikmisi karena kondisi
kedua orang tua yang sudah tua, dan hanya berpenghasilan dari hasil Tani.
Beberapa hari kemudian, aku mulai daftar. Namun cobaan kini menghampiriku lagi,
web pendaftaran tersebut dari hari ke
hari tidak bisa diakses karena penuh. Waktu pendaftaran tinggal sebentar lagi,
aku harus segera daftar dan segera menyelesaikan segala nya. Web tersebut sangatlah susah untuk
diakses. Aku sampai gadang untuk bisa daftar pada saat itu, sampai akhirnya aku
berhasil daftar dan segeralah ku unduh kartu pendaftaranku.
Prodi apa yang ku ambil ?
Aku mengambil progam studi
“Pendidikan Guru Sekolah Dasar”. Benar- benar tidak nyambung kan. Ia memang
sangat tidak nyambung namun hati kecilku seakan akan berbisik dan menyuruhku
untuk memilih progam studi tersebut di Universitas Pendidikan Indonesia. Semoga
aku bisa lolos SNMPTN aamiin ya rabbal alamiin. Tanggal 22 maret adalah tanggal
yang ditunggu-tunggu olehku. Ditanggal inilah hasil akan keluar melalui web.
Snmptn.ac.id betapa dak dik duk nya hatiku aku takut mengecewakan kedua orang tuaku.
Namun aku yakin Allah pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hambanya yang
sudah berusaha dan berdo’a.
Waktu berlalu begitu cepat, hari dan
tanggal yang ku nanti-nanti kini sudah di depan mata. Kali ini aku tidak boleh
ceroboh, aku harus membuka pengumuman hasil SNMPTN di web yang asli. Ya web
snmptn.ac.id inilah web yang asli. Aku tidak akan membukanya sebelum waktu yang
ditentukan. Hasil akan keluar pada pukul 13.00. Hari itu adalah H-4 Ujian
Nasional. Betapa terpuruk nya aku jika hasilnya nanti tidak memuaskan. Aku
benar-benar tidak berani untuk membukanya. Aku takut kecewa untuk yang kedua
kalinya. Namun SNMPTN ini bagaikan hadiah. Itulah kata orang-orang, sekarang
aku hanya berharap mendapatkan hadiah terbaik itu.
Waktu tepat menunjukan pukul 13.00 teman- teman ku sudah mengechatku
untuk memperingatkan agar aku segera membuka hasil SNMPTN tersebut. Namun aku
belum mampu membukanya entahlah, gemetar keringat dingin membasahi wajahku
“aku harus membuka nya jika aku tidak membukanya
sama saja aku menjaukan keberhasilan”. Fikirku
Aku mencoba untuk membuka web tersebut dengan perlahan, ku masukan tanggal lahirku serta
nomor seleksi. Satu dua tiga dan munculah tulisan di dalam kotak yang berwarna
hijau. Dari sana tertulis bacaan “selamat
anda dinyatakan lolos SNMPTN 2019”. Aku benar-benar berfikir kalau itu
hanya mimpi atau kesalahan web. Tapi
setelah ku pastikan kepada guru BK yang selalu membimbingku, ternyata itu benar
aku benar-benar lolos SNMPTN. Terima kasih ya Allah engkau telah mengabulkan
segala do’aku engkau memang maha segalanya. Aku benar-benar terharu air mata
pun menetes seketika sujud syukur aku lakukan sebagai tanda terima kasihku
kepada sang illahi. Ucapan selamat dari teman-teman ku terus mengalir.
Aku
harus ingat, aku tidak boleh sombong dengan keterima di universitas pendidikan
indonesia, itu menjadi sebuah rintangan baru yang harus aku hadapi dengan
penuh kesungguhan. Aku harus membahagiakan kedua orang tuaku. Lagi- lagi aku
sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepadaku
untuk lolos bidikmisi.
" Air mata bukan hanya sebagai tanda kesedihan, sebelum tertawa terkadang kita di uji terlebih dahulu sehingga terjatuhlah air mata kesedihan. Namun seperti halnya setelah hujan lalu muncul pelangi yang indah. Begitulah perasaanku saat itu, setelah ada rasa sedih rasa gembirapun hadir di waktu yang tepat."